Sisha Sama Buruknya dengan Rokok?
(
Artikel )
HealthDay News
CALIFORNIA, MINGGU - Merokok memang sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup masyarakat, walaupun secara terbuka banyak pihak memperingatkan bahayanya termasuk dari pemerintah maupun produsen rokok.
Cara untuk menikmati asap rokok pun kini semakin beragam misalnya dengan menggunakan sisha atau hookah yang berasal dari negara Timur Tengah. Kata sisha/hookah sendiri berasal bahasa Persia yang memiliki arti gelas piala. Makna hookah maupun shisha sama-sama mengacu pada bentuk, cara menghisap, sekaligus kandungan air sebagai penyaringnya.
Banyak anggapan bahwa kandungan air yang digunakan dalam hookah/sisha berfungsi sebagai filter penyaring racun yang membahayakan. Tak heran bila kebiasaan menghisap hookah pun menjadi pilihan anak muda masa kini ketimbang menghisap rokok yang dikenal mengandung racun berbahaya.
Namun pada kenyataannya, baik rokok atau pun sisha ternyata memiliki efek negatif yang tak jauh berbeda. Sebuah riset terbaru menyebutkan, hookah dan rokok tembakau sama-sama mengandung kadar tinggi karbon monoksida yang merugikan kesehatan.
Riset yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association ini memang hanya meneliti satu jenis gas beracun saja. Sehingga mustahil untuk membandingkan secara langsung dampak penggunaaan sisha dengan asap rokok.
"Walau begitu, riset ini setidaknya memberi peringatan kepada pecinta sisha untuk berpikir dua kali menghisap pipa. Menikmati sisha bukanlah suatu aktivitas yang bebas risiko seperti yang mereka kira. Penggunaannya sungguh tidak aman untuk kesehatan" , ungkap penulis riset S. Katharine Hammond, kepala divisi ilmu kesehatan lingkungan di University of California, Berkeley.
Sisha, yang hampir serupa dengan bong yang digunakan mengisap marijuana, memang sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Di banyak kota, kini banyak berdiri bar-bar menyediakan sisha sehingga memicu ketertarikan pengunjung untuk mencoba menghisap pipa berbentuk unik tersebut.
Pengguna biasanya menghisap asap tembakau dari sisha setelah asap tersebut melewati gelembung air, proses yang dianggap sebagai filterisasi racun tembakau.
Untuk membuktikan kandungan racun pada sisha, Hammond melibatkan 27 mahasiswa yang biasa menghisap sisha selama satu jam dalam tiga malam yang berbeda pada April 2006. Lima mahasiwa lain yang tidak memakai hookah juga dilibatkan dalam riset. Tetapi mereka harus tinggal bersama di ruangan saat para mahasiswa mengisap sisha.
Partisipan sebelumnya harus terbebas dari sisha selama 84 jam sebelum riset dilakukan. Kemudian, partisipan penghisap pipa yang didalamnya mengandung air serta 10 gram tembakau Al Fakher mu’assal tobacco yang dipanaskan menggunakan arang.
Peneliti lalu memantau kandungan karbon monoksida pada dua kelompok partisipan sebelum dan sesudahnya dengan menggunakan sebuah mesin yang didesain untuk mendeteksi perokok.
Rata-rata kandungan karbon monoksida pada partisipan mencapai 42 ppm, lebih tinggi ketimbang yang ditemukan pada perokok sigaret (17 ppm). Riset juga menemukan kadar karbon monoksida meningkat di ruangan tempat partisipan menghisap hookah dan bahkan bisa mencapai tingkat yang merugikan kesehatan lingkungan.
Hammond mengatakan pihaknya tidak dapat membandingkan secara langsung penggunaan sisha/hookah dengan merokok sigaret, yang jelas-jelas mengandung banyak racun. Selain itu, masih sulit mengetahui secara pasti bentuk penggunaan hookah seperti apa yang dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru atau jantung
"Hookah/sisha mungkin saja tidak akan membuat Anda mengidap kanker paru-paru, tetapi akan mempengaruhi kesehatan Anda dengan cara lain," ujarnya.
Sementara itu Thomas Eissenberg, profesor psikologi dari Virginia Commonwealth University yang juga meneliti penggunaan sisha, mengatakan bahwa risetnya menunjukkan bahwa menghisap sisha selama 45 menit menghasilkan jumlah tar 36 kali lebih banyak ketimbang merokok selama lima menit.
"Tar mengandung senyawa yang merupakan unsur utama asap yang dapat menyebabkan kanker. Meski begitu belum jelas apakah jenis tar dalam sisha berbeda dengan tar pada rokok sigaret," tandasnya. (HealthDay News/AC)
Jumat, 28 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
meta
Posting Komentar